Imamat 27: 1-34

Bersandar pada kebaradaan yang tidak terbatas

Tulisan ini dibuat pertengahan November 2024.  Diawali dengan melihat kembali waktu mundur ke tanggal,19 Oktober 2019 pukul 18.40 di depan sebuah gereja di area Puri Indah.  Di dalam mobil yang sedang parkir sambil menunggu rekan yang kujemput, muncul kata conviction sangat kuat dalam pikiranku.  Kata itu muncul kemungkinan besar karena aku sedang menggumulkan pelayanan youth, dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, mau dibawa kemana arah pelayanan youth?  Mohon Tuhan berikan Visi dll.  Lalu kata conviction itu seolah-olah menggema di kepala.  Jadi, sejak malam itu, mendoakan, mencari referensi, berdiskusi dengan mentor, bapak rohani dan rekan FGD mengenai conviction.  Pertanyaan tentang bagaimana anak muda (yang sedang dibina) bisa punya conviction-firm believe? ya artinya gak sekadar aku memeluk agama ku, namun mengerti apa yang dipercayanya, menjalani believenya dan pada akhirnya menghidupi apa yang dipercayanya, itu benar-benar menggema di kepala.  Bener banget, pengajaran itu penting, tapi pengajaran itu harus dihidupi, bisa mengubahkan cara pandang sesuai yang dipercayanya dan akhirnya menjadi way of life, niscaya keputusan, tindakan akan selaras dengan apa yang dipercayanya.  Refleksi itu membuahkan ide untuk menjalankan pemuridan.  Awalnya, pendalaman alkitab kelompok, lalu membuat kelompok-kelompok untuk saat teduh, kelompok KTB, dan pemuridan virtual dengan brand "Menjadi Murid".  

"Menjadi murid" adalah jalan panjang orang percaya untuk bukan hanya belajar tentang kebenaran namun juga menghidupi kebenaran itu dan mewujudnyatakan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.  Salah satu yang berjalan bersama untuk menjadi murid adalah AJ.  Aku mengenalnya cukup lama.  Awalnya adalah ketika menjemputnya di tempat Les Bahasa Inggris di bilangan Puri, bersama dua kakaknya.  Beberapa kali ketemu saat bertugas cerita sekolah Minggu gabungan di Permata Buana, dan kakaknya di pra-remaja.  Waktu berlalu, aku pergi ke Malang untuk lanjut kuliah, dan setiap kali libur semester singgah ke Jakarta menyaksikan dia telah beranjak dewasa.  Setelah menyelesaikan studi di Malang, aku kembali ke gereja ini, dan bermaksud mengajak dia pelayanan.  Dari situ sering ketemu bisa dibilang hampir tiap hari.

Hah tiap hari? emang dia gak kuliah? emang gak ngapa-ngapain?  pertanyaan ini adalah pertanyaan pada umumnya orang-orang pada waktu itu.  Ya memang saat itu sempet berhenti kuliah.  Dengan pergumulan panjang menghadapi masalah dalam diri, sampai suatu hari aku memutuskan membawa dia dan satu orang lagi anak remaja untuk melihat lihat kampus di Jakarta.  Ini bukan persoalan mudah!  Buat kita yang gak kenapa-napa sih ya hayuk aja liat kampus, mau sekolah ya kan, tapi cerita menjadi berbeda dengan orang yang pernah mengalami trauma sampai mempertanyakan diri, misalnya pertanyaan eksistensial mengapa aku ada di dunia ini? dll.  Ya, karena pada dasarnya setiap orang akan mempertanyakan eksistensinya, dan tujuan keberadaannya.  Selain itu, setiap orang perlu support dalam kehidupannya, misalnya keberadaan fisik dia perlu makan, perlu minum, kadang perlu tambahan vitamin, ya kann.  Demikian juga support diperlukan dalam keberadaannya di lingkungan sosial, misalnya aja orang tsb bersandar pada sosial media maka dia bisa menggantungkan (mencari dukungan) dari like dan follower.  Contoh lain pernah dalam masa banyak fans, banyak like dan follower, tapi someday menurun, hal itu bisa menjadi pemicunya untuk berpikir bahwa dia sudah tidak eksis lagi, masa eksistensinya telah berlalu, menghadehh.  Ada masa orang menggantungkan eksistensinya pada pacar, maka cari pacarlah tanpa mempertimbangkan matang-matang, yang penting kelihatannya cocok, ya udah jalan aja, lalu ditengah jalan mengalami banyak problem to the point mempertanyakan eksistensinya lagi.  Ada juga orang yang merasa dia ada/berada/eksis ketika dia punya believe.  Bisa juga ketika dia merasa useful untuk sesuatu, makanya orang tsb merasa eksis ketika melakukan banyak pelayanan, berguna untuk orang lain, memelihara peliharaan, bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk masyarakat, kesimpulannya, eksistensi dirinya tuh connect ke siapa atau apa?  Nah si AJ ini pernah juga mengalami dilema ini, saat dia  mempertanyakan eksistensinya.  Perjalananan kami kemudian diwarnai dengan mendorong dia dan tentu kami berkomitmen bersama untuk belajar menggantungkan diri pada Allah pribadi yang tidak terbatas, sehingga eksistensi dirinya (dan diriku) tidak akan terancam oleh apapun dan siapapun (yang terbatas: entah itu medsos, pasangan, keluarga, barang mewah, kedudukan dll you mention).  Sehingga dia (maupun saya) dapat menemukan meaning of life bukan pada yang terbatas baik itu apa maupun siapa, namun pada yang tidak terbatas, tak lekang oleh waktu yaitu ALLAH yang tidak terbatas.  Dia memulai disiplin membaca Firman, mengikuti SaTe Santuy tiap hari (malah dialah yang ngeributin temen-temennya dan ngajakin temen group nya untuk SaTe bersama).  Teman-teman SaTe (selain keluarga inti of course) menjadi saksi ups and down nya untuk menemukan meaning of life dari Pribadi yang tidak terbatas itu.  Singkat cerita, dia akhirnya melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda, kemudian melanjutkan di luar negeri meyelesaikan S1, dan hari ini dia mengabari sidang tesis untuk masternya telah selesai dengan nilai yang gemilang.  Sebuah perjuangan dan perjalanan panjang seorang murid.  Entah nanti aku bisa menyaksikan dia diwisuda secara langsung ataupun tidak, doaku untuknya untuk tetap menjadi murid yang bersandar pada Allah pribadi yang tidak terbatas.  Perjuangan yang tidak mudah namun ketika bersandar pada yang tidak terbatas, jalan terjalnya dapat dilalui karena sepanjang jalan pribadi yang tak terbatas itu yang akan memimpin dan itu cukup (auto nyanyi ga sih ^^).

Selamat menjadi seorang murid ya adik, terus berjuang menjadi murid yang setia, Tuhan bersertamu.  Terimakasih ya, udah mikirin banget untuk kk menyaksikan kamu wisuda secara langsung (entah jadi ataupun tidak), thank you for including me, I feel honored, I feel loved !!  hari hari ke depan gak serta merta jadi mudah karena kamu telah menyelesaikan studi sejauh itu, namun jika kamu senantiasa menjadi murid, bersandar pada pribadi yang tidak terbatas, Dia akan menolongmu, selalu dan selamanya, super slayy!

So guys kita bisa belajar (1) meaning of life itu bisa ketemu, tercukupkan dan terpuaskan HANYA pada Pribadi yang kekal dan tak terbatas, jadi bersandarlah pada Allah yang kekal dan tak terbatas-jangan yang lain (2) perjalanan seorang murid emang panjang kadang terjal kadang mulus, tapi step by step ada Tuhan yang memimpin.  Yang lagi struggle untuk menyelesaikan kuliah, menghadapi relasi yang gak jelas, memperjuangkan kestabilan karier, keharmonisan keluarga, uang yang kelihatannya gak pernah cukup, penerimaan diri, mengatasi trauma, isu kesehatan mental, guys.. yuk terus berjuang, jaga komitmen dan disiplin, So yang struggle untuk apapun saat ini, ada masanya berjuang, ada masanya jalanan seperti terjal, tapi pasti ada endingnya, pasti!! dan akan ketemu jalan lurus, jalan perjumpaan kita dengan Tuhan, azekk.  (3) Menjadi murid yang setia itu mungkin banget, komitmen itu bisa banget, asal kita nya juga mau ya, ada solusinya untuk kamu yang perlu bantuan untuk mendisiplin diri dalam hal kerohanian, ikutin blogspot ini aja dan youtube menjadi murid.  Yang perlu komunitas bisa email ke menjadimurid1@gmail.com, jadi tetaplah berjuang, yuk bisa yuk! 

"The Cross is laid on every Christian.  The first Christ-suffering which every man must experience is the call to abandon the attachments of this world.  It is that dying of the old man which is the result of his encounter with Christ." Dietrich Bonhoeffer, The Cost of Discipleship

Congrats AJ-๐Ÿ’–๐Ÿ’–๐Ÿ’–

thank you for including me, I feel honored, I feel loved !!

Jakarta Barat, 12 November 2024

With Love-RL




Comments