- Get link
- X
- Other Apps
Beberapa waktu yang lalu, anak-anak muda meminta izin untuk nobar bola di gereja. Usai permainan, dua diantara mereka terlihat tak berdaya, turut sedih akan kekalahan yang dialami oleh TimNas Indonesia. Sesedih itu, tergambar dari raut muka mereka. Tapi mereka masih punya harapan dipertandingan berikutnya, dan lagi lagi tim yang didukung mengalami kekalahan, dua orang tersebut inisial G dan J jadi super gloomy, bahkan bilang, bakalan gak mood selama seminggu ini, segitunya ckckck. Saya yang gak ngerti bola, mencoba memahami dengan memberi semangat, walaupun gak ngaruh sih, tetep nuansanya sedih... Saya kira urusan bola sudah selesai dengan berakhirnya penyisihan untuk Olimpiade yang lagi-lagi TimNas harus mengakui keunggulan lawan, rupanya urusan bola masih berlanjut sampai pada sambutan Ketua Sinode pada waktu saya ditahbiskan dari pendeta muda ke pendeta. Kesan beliau, saya dan rekan-Pdt. Hery S, adalah pemain dengan nomor punggung 8 dan 9, waktu itu sih nggak ngerti banget, jujur...Selama ini memang sih ada dua nama pesebakbola yang kedengerannya akrab ditelinga, tapi ya nggak ngerti aja kenapa mereka sejago itu, dan gak pernah secara langsung menyaksikan pertandingan. Selesai penahbisan, Kami-saya dan 16 anak muda pergi ke Kudus melalui jalan darat, beriringan 4 mobil. Kami mengunjungi satu gereja, bertukar cerita antara tuan rumah dan kami, tau-tau si G menyebutkan istilah dalam dunia sepakbola,-naturalisasi, dan hari ini si G dan saya membahas tentang bola yang membuat saya mengerti "sedikit tentang dunia sepakbola".
Si G menjelaskan bahwa dalam permainan sepak bola, ada 11 pemain dimana 11 pemain ini bermain untuk kemenangan, semua posisi memiliki tanggung jawab yang berbeda beda tapi tujuannya sama, membawa tim meraih kemenangan. Mulai dari kiper, dia menjadi no 1, tanggung jawabnya adalah pada pertahanan terakhir dari sebuah tim. lalu di bagian pertahanan, ada 4 pemain belakang, mulai dari bek kanan diberi nomor 2 dan bek kiri diberi nomor 3, tugas dan tanggung jawab mereka bermain disayap permainan yang bisa menyerang dan bertahan. Dua bek tengah diberi nomor 4 dan 5, mereka bertanggung jawab untuk menjadi benteng pertahanan sebelum kiper. Di posisi gelandang bertahan diberi nomor 6, tugas dan tanggung jawab dari gelandang bertahan ini menjadi penyeimbang antara pertahanan dan menyerang, kalau bisa dibilang jantungnya permainan. Posisi gelandang tengah diberi nomor 8 dan 10, tugas dan tanggung jawab mereka sangat vital, karna mereka ini harus kreatif dan memiliki ide yang visioner dalam permainan karena di tangan merekalah penyerangan permainan dimulai. Nomor 11 dan 7, tugas dan tanggung jawab mereka ada di sayap penyerangan permainan. Ada penyerangan atau striker no 9. Tugas dan tanggung jawab no 9 ini mencetak gol sebanyak banyaknya, jadi antara 8 dan 9 sangat terikat, 8 sang visioner lapangan tengah, nomor 9 harus bisa mencetak gol dari hasil ide visioner si no 8, semuanya saling terikat, semua berperan penting. Btw, si G ini pemain bola, makanya ngerti banget dan percayalah dia se antusias itu menjelaskan agar saya paham. Saat dia menjelaskan saya terkesan dengan pentingnya peran masing-masing pemain, semuanya saling terikat, semua berperan penting.
Penjelasan G menolong saya memahami gambaran pak Ketua Sinode mengenai nomor punggung 8 dan 9. Saya membayangkan lebih jauh lagi masing-masing posisi hamba-Nya dan pekerja di gereja yang bisa diumpamakan seperti para permainan sepakbola dilapangan bola. Semua posisi baik itu koordinator gembala, pendeta, sekretariat, kebersihan, semua posisi memiliki tanggung jawab yang berbeda namun tujuannya sama, bekerja untuk mempersiapkan umat mengenal Tuhan dan mengalami Tuhan melalui program-program dan upaya yang lain. Wah kali ini saya harus berterimakasih pada permainan sepakbola, (walaupun belum tentu mau nonton pertandingannya ^^). Semua posisi saling terikat dan berperan penting, ini keren banget sih, jadi yang bekerja memikirkan konsep, strategi, gak merasa paling penting dan paling berarti, dan yang bekerja membersihkan, bagian administrasi tidak merasa kurang penting, semua saling terikat, terkait dan berperan penting. Si G menambahkan, "kalo pemain bola yang cocok sama peranan saya, namanya Toni Kroos dari Jerman." Jujur banget gak tau siapa dia, dan dengan kesabaran atau boleh dibaca sukacita pengen meracuni kakaknya untuk mencintai permainan sepakbola, si G memberikan begitu banyak link tentang pemain yang disamakan dengan saya. Toni Kroos, Si Penembak Jitu (detik.com), thanks anyway G, udah baca artikelnya dan merasa, kayaknya si Toni Kroos kerja keras bagai kuda ya? Dari beberapa artikel yang kubaca, bisa disimpulkan Kroos memahami perannya sebagai si nomor punggung 8, menikmati, menghayati dan kelihatan banget peran itu sudah nempel dalam diri dia, so, kalau orang lain melihat dia se kerja keras itu, kenyataannya Toni Kroos enjoy aja :) dia jarang melakukan selebrasi, selalu fokus untuk membawa tim pada kemenangan. Thanks G, This is such an honour ya G.
Dalam perjalanan menjadi hamba Tuhan juga banyak orang yang dihadirkan Tuhan melalui peran masing-masing untuk bekerjasama melayani Tuhan. Ada pendoa, ada yang memikirkan arah pelayanan duduk dan berdoa bersama, ada yang turun lapangan bersama-sama untuk eksekusi ide-ide, ada yang merawat, ada yang melawat. Jadi inget 1 Korintus 3: 6-9 ga sih? "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah." Semuanya saling terikat, terkait dan sama penting ^^.
Pada acara penahbisan tanggal 23 Mei 2024 minggu lalu, ada saudara yang datang jauh-jauh dari luar kota untuk mendoakan, namun ada dosen, rekan, yang tidak bisa hadir dan menyaksikan melalui streaming YT, ada yang memberi bunga dan hadiah hadiah (ada 108 bunga bayangkan ^^) dan ada yang datang duduk penuh perhatian dan mendoakan, ada yang terlibat dalam pelayanan, semua sama penting, semua mendukungku melayani Tuhan dengan setia. PUJI TUHAN! Waktu itu dalam sambutannya ketua Sinode menyampaikan ide tipis tipis, jangan-jangan perlu pelatih ya semacam STY, ya supaya potensinya bisa diarahkan dan dimaksimalkan! Sekarang saya ngerti pak, saya gak perlu STY yang jauh jauh didatangkan dari negri gingseng, STY yang diperlukan adalah Selalu Tuhan Yesus jadi pusat pelayananku, azekkk. Jadi mau nomor punggun 8, 9, 1, berapapun, asal ada Tuhan, asal bersama Tuhan, asal melayani Tuhan, itu cukup! Sampai di sini Tuhan menolong, Terpujilah Tuhan Yesus.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment