- Get link
- X
- Other Apps
Akhir Pekan dan Jeruk Keprok Kehidupan
Akhir pekan biasanya menjadi hari untuk beristirahat sejenak dari hiruk pikuk beban pekan kerja. Banyak hal bisa dilakukan: sekadar membereskan kamar yang selama seminggu hanya jadi tempat persinggahan, menjalani hobi yang menyegarkan jiwa, atau me-time di salon kesayangan. Ada juga yang janjian dengan bestie, nongki, pesan kudapan cantik—karena setelah seminggu penuh tekanan, wajar bila kita mendambakan momen kecil yang membawa senyum kebahagiaan.
Namun hidup tak selalu memberi ruang untuk istirahat yang manis.
Kadang ada kejutan-kejutan yang datang seperti badai di tengah hari yang cerah. Bukan karena kita tidak berharap atau tidak berdoa, tetapi karena dunia ini memang bukan surga. Dan di sanalah kita diingatkan—bahwa bahkan akhir pekan pun bisa berubah jadi awal dari pergumulan.
Itu pula yang dialami oleh seorang murid Kristus.
Ia datang ke rumah sakit dengan degup yang tidak biasa, berharap-harap cemas. "Tuhan, semoga tidak tinggi tumor markernya," begitu kira-kira doanya. Tapi hasil tes berkata lain—tumor markernya tinggi. Dunia seakan terhenti. Lututnya lemas, tubuhnya ringan tapi bukan karena bahagia, dan otaknya seperti tersambar petir di siang bolong. Ia berjalan pulang dengan hati yang remuk dan mata yang digenangi air mata yang tak dapat ditahannya lagi. Dalam perjalanan, ia membayangkan reaksi keluarga. Ia takut, ia rapuh, ia merasa tak siap. Hidup tak memberinya cokelat atau madu—hari itu, hidup memberinya jeruk keprok.
Rasanya asam. Tak sesuai selera.
Ketika Hidup Memberimu Jeruk Keprok
Hidup memang tidak selalu datang dengan rasa manis. Tapi seperti pepatah, when life gives you tangerines, savor the sweetness that’s hidden in small packages. Ya, jeruk keprok memang tidak selalu manis. Tapi bukankah terkadang kelegaan datang dari rasa segar yang mengejutkan?
“When life gives you lemons, praise God anyway.”
“When life gives you dirt, plant a garden.”
Ungkapan-ungkapan ini mengajarkan bahwa hidup tidak selalu memberi sesuai keinginan. Namun, dalam asamnya kenyataan, Tuhan tetap bekerja. Bahkan di tengah kehancuran hati, Dia sedang menyiapkan manisnya janji setia-Nya bagi para murid.
Salah satu janji manisnya bisa kita baca Roma 8:28 (TB)
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia."
Ya, dalam jeruk keprok kehidupan—Tuhan Yesus turut bekerja. Di saat tubuhmu lelah dan hatimu patah, Tuhan Yesus tidak hanya menyaksikan, Ia turut bekerja. Ia ada di sana, dalam air mata, dalam pelukan keluarga, dalam pesan singkat teman yang berkata, “Aku doakan kamu ya.” "Jangan lupa minum air yang cukup." "I Love you."
Bagaimana menghadapi Jeruk Keprok Kehidupan
-
Kupas: Pegang janji Tuhan. Tidak mudah memang, tapi ketika kamu mulai membuka kulit peristiwa itu, kamu bisa menemukan bahwa ada sesuatu di baliknya—hikmat, kekuatan, penghiburan. Hal ini cukup untuk kamu menghadapi getir dan asamnya kehidupan.
-
Nikmati: Tambahkan madu dan es—dengan hikmat dari Tuhan, cari sisi manis dari situasi yang pahit. Bisa jadi lewat keluarga, komunitas, bahkan ketenangan dalam doa pribadi. Sambil dengan lega kita bisa berkata:
“Tak berkesudahan kasih setia Tuhan…” (Ratapan 3:22) -
Tanam bijinya: Jangan buang rasa pahitmu. Tanam. Suatu hari, pengalaman itu bisa jadi pohon yang memberi teduh—bagi orang lain yang nanti melewati jalan yang sama.
Apa yang terjadi pada panutan kita Tuhan Yesus Krsitus Ketika Hidup Memberi-Nya Salib
Yesus pun tidak datang ke dunia dengan kemudahan. Ia lahir di kandang, berjalan kaki saat melayani, dan di akhir hidup-Nya, Ia dikhianati, diludahi, disalibkan. Tapi dari penderitaan itu lahir keselamatan. Dari luka itu, kita menerima hidup kekal.
“When life gives you bitterness, bring out eternal sweetness.”
Jika Yesus bisa memakai penderitaan untuk mendatangkan keselamatan, maka jeruk keprok hidupmu pun tidak sia-sia. Dalam Kristus, tidak ada air mata yang sia-sia, tidak ada rasa pahit yang tanpa makna.
Untuk Kamu -adikku yang Sedang Berjuang
Teruntuk kamu, iya kamu.... yang sedang memegang hasil diagnosis yang tidak diharapkan,
yang harus bangkit tiap pagi walau hati ingin tetap rebah…
Ingatlah, Tuhan turut bekerja. Dia berkolaborasi dengan memberimu hikmat, kekuatan dan penghiburan. Dia membuatmu sadar bahwa Dia ada. Dia melihatmu. Dan di balik rasa asam itu, Tuhan sedang menyiapkan taman yang penuh buah manis.
Karena kadang, kebun terbaik bukan tumbuh dari tanah subur—melainkan dari air mata yang jatuh diam-diam.
Love-RL-SDG
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment