Bilangan 5: 1-4

Peraturan mengenai orang-orang yang najis

1, TUHAN berfirman kepada Musa:

2, "Perintahkanlah kepada orang Israel, supaya semua orang yang sakit kusta,  semua orang yang mengeluarkan lelehan,  dan semua orang yang najis oleh mayat disuruh meninggalkan tempat perkemahan;


3, baik laki-laki maupun perempuan haruslah kausuruh pergi; ke luar tempat perkemahan haruslah mereka kausuruh pergi, supaya mereka jangan menajiskan tempat perkemahan di mana Aku diam di tengah-tengah mereka. "


4, Maka orang Israel berbuat demikian, mereka menyuruh orang-orang itu meninggalkan tempat perkemahan; seperti yang difirmankan TUHAN kepada Musa, demikianlah diperbuat orang Israel.

 © Renungkanlah

Guys, ada masa dalam hidup di mana kita menyadari kita telah berbuat dosa, gak menjaga kekudusan hidup, atau gak taat sama Tuhan, hal itu lantas membuat kita merasa gak layak menghadap Tuhan.  Saat kita sadar itu kan kita jadi berjarak ya kepada Tuhan, kayak misalnya tidak mengambil bagian dalam perjamuan kudus dengan sadar dan rela karena kita gak layak.  Itu bentuk kita menghormati sifat Allah yang adalah kudus.   Teks yang kita baca hari ini menyatakan ada orang-orang yang berada dalam katagori tidak layak, sebagai akibatnya mereka harus meninggalkan komunitas, keluar perkemahan.  Nah guys  kita jadi belajar Allah peduli dengan kesucian bukan untuk menghukum, tetapi untuk melindungi hadirat-Nya di tengah umat yang Ia kasihi, sebab Allah tinggal ditengah-tengan umat.

Hari ini kita membaca Bilangan 5:1–4. Cuma 4 ayat, tapi isinya dalam banget. Ayat-ayat ini bicara tentang “kenajisan” — sesuatu yang bikin orang mesti keluar dari perkemahan. Tapi kenapa sih Allah kasih perintah kayak gini? Dan apa hubungannya sama hidup kita hari ini?

Kitab Bilangan memasuki bagian baru yang sangat penting: peraturan tentang memelihara kekudusan perkemahan, tempat di mana Tuhan sendiri berdiam (ay. 3). Inilah puncak dari janji perjanjian—bahwa Allah berkemah di tengah umat-Nya (bdk. Im. 26:11; Yeh. 37:27).

Karena itu, Allah memerintahkan Musa untuk menyingkirkan sementara orang-orang yang najis secara ritual: penderita kusta, mereka yang mengalami lelehan tubuh, dan orang-orang yang menyentuh mayat (ay. 2). Guys, mereka gak dihukum ya, tapi ya diminta menjaga kesucian hadirat Allah di tengah umat-Nya. Mereka tidak dikeluarkan karena jijik atau dianggap rendah, tapi karena Tuhan yang kudus berdiam di situ.  Keberadaan Allah mengubah tatanan, dan umat harus belajar bahwa kekudusan itu tidak bisa dicampur dengan kenajisan, bahkan yang bersifat alami sekalipun.

Bagian ini merupakan transisi dari fokus militer dan ibadah, menuju kehidupan komunitas yang kudus.  Ini bukan sekadar aturan kebersihan.  Ini adalah pengingat bahwa kehadiran Allah menuntut pemisahan yang serius terhadap apa yang najis — gak cuma  secara moral ya guys, tapi juga secara ritual. Allah hadir, dan itu menjadi penentu segalanya.

Bayangin deh, kamu adalah salah satu dari mereka — yang harus keluar dari perkemahan karena penyakit, atau karena menyentuh orang mati. Kamu tahu itu aturan Allah, tapi tetap aja ga sih. kamu ngerasa  seperti “dijauhkan.” Tetapi perintah ini justru menegaskan sesuatu yang luar biasa: Tuhan benar-benar hadir di tengah umat-Nya.  Karena itulah guys perkemahan harus tetap kudus.  Ada keintiman sekaligus ketegasan.  Hadirat Allah membawa kehidupan, tapi juga memurnikan.  Keren sih.

Hari ini, tubuh kita adalah Bait Allah (1 Kor. 6:19). Kita tidak lagi hidup di perkemahan padang gurun, tapi kita hidup dalam dunia yang penuh dengan “kenajisan moral dan spiritual” — dosa, kecemaran pikiran, perilaku yang tidak menghormati Allah.

Tuhan tetap mengundang kita untuk hidup dalam kekudusan,  karena Dia ingin tinggal di tengah kita — dalam hidup kita, gereja kita, keluarga kita.  aahhh so sweet

Di Perjanjian Baru,  Tuhan Yesus tidak menghindari orang najis. Dia menyentuh si kusta (Luk. 5:13), menyembuhkan perempuan yang pendarahan (Luk. 8:43), dan memulihkan orang mati (Luk. 7:14). Bukannya menjadi najis, Tuhan Yesus justru menularkan kekudusan-Nya kepada mereka.

Di salib, Tuhan Yesus menjadi najis demi kita. Dia mati seperti orang yang tidak layak — di bukit Golgota yang letaknya di luar kota — supaya kita yang najis bisa masuk ke hadirat Allah.

Karena Tuhan Yesus, kita tidak dibuang, tapi ditarik dekat.  Kita tidak diasingkan, tapi diundang masuk ke dalam hadirat Allah yang kudus — dengan pertobatan, dengan kesadaran akan kekudusan-Nya, dan dengan kerinduan untuk dipulihkan.

 Refleksikanlah

Bangsa Israel diminta menjaga perkemahan kudus karena Allah sendiri hadir di tengah mereka.  Hari ini, kita adalah perkemahan itu. Kita adalah bait Allah. Pertanyaannya bukan hanya: “Apakah saya najis atau tidak?”, tapi:
Apakah hidup saya layak menjadi tempat di mana Allah berdiam? uhh dalem banget

Mungkin kita perlu “karantina” rohani —supaya kita dibersihkan. Mungkin kita perlu belajar bahwa kasih Tuhan gak cuma kasih yang menerima, tapi juga memurnikan.

 

Pertanyaan Reflektif

Apa yang kamu pelajari tentang karakter Allah dari perintah ini?

Apa area dalam hidupmu yang butuh dipulihkan dan disucikan supaya Allah lebih nyata hadir?

Apakah kamu siap hidup sebagai “perkemahan kudus” tempat Allah berdiam?

 

Doa Sesuai Firman

Tuhan, Engkau hadir di tengah umat-Mu. Tolong aku untuk tidak mempermainkan kekudusan-Mu. Bersihkan hidupku. Ajari aku menjaga pikiran, tubuh, dan tindakan agar layak menjadi tempat kediaman-Mu. Terima kasih karena dalam Kristus, Engkau menyentuh yang najis dan menyucikan kami. Amin.


Tetap semangat, teman-teman. Tuhan Yesus menyertai kamu!
#kamugaksendiri #TuhanYesusBesertamu #SaTeBilangan
– RL | Soli Deo Gloria

 

Comments