Api TUHAN
1, Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di hadapan TUHAN tentang nasib buruk mereka, dan ketika TUHAN mendengarnya bangkitlah murka-Nya, kemudian menyalalah api TUHAN di antara mereka dan merajalela di tepi tempat perkemahan.
2, Lalu berteriaklah bangsa itu kepada Musa, dan Musa berdoa kepada TUHAN; maka padamlah api itu.
3, Sebab itu orang menamai tempat itu Tabera, karena telah menyala api TUHAN di antara mereka.
© Renungkanlah
Guys, bangsa Israel pernah ada di titik lelah. Mereka protes, marah, bersungut-sungut… dan yang terjadi api TUHAN menyala di tengah-tengah mereka. Kok bisa sampai segitunya ya?
Bilangan 11:1–3 membuka sebuah babak baru dalam kisah padang gurun. Selama ini, perjalanan Israel kan terlihat taat dan penuh pengharapan. Namun, di sini kita melihat titik balik: untuk pertama kalinya keluhan mereka berujung pada murka TUHAN yang mengerikan. Istilah “api TUHAN” dalam bahasa Ibrani mengandung nuansa penghukuman ilahi yang bukan sekadar peristiwa alam, melainkan intervensi langsung Allah yang kudus terhadap umat yang memberontak. Wowww
Jadi mereka itu ada di perkemahan luas, malam yang biasanya hanya diterangi api unggun, tiba-tiba menyala api yang tak terkendali. Wah terdengar Teriakan panik, wajah ketakutan, dan Musa, seperti biasanya, harus maju sebagai perantara. Pertanyaannya: mengapa Allah begitu keras? Karena keluhan mereka merupakan bentuk ketidakpercayaan pada Allah yang sudah menyelamatkan mereka dari Mesir dan menyertai mereka dengan tiang awan dan tiang api. Keluhan itu adalah perlawanan halus yang merongrong otoritas dan kasih Allah.
Struktur yang Terlihat
-
Keluhan Bangsa – bersungut-sungut tentang nasib (ay.1).
-
Respon Allah – murka dan api TUHAN menyala (ay.1).
-
Syafaat Musa – Musa berdoa, Allah mendengar, api padam (ay.2).
-
Peringatan Abadi – tempat itu dinamai Tabera = “Pembakaran” (ay.3).
Pola ini akan berulang sepanjang Kitab Bilangan: keluhan → murka Allah → syafaat Musa → peringatan. Seolah Tuhan mau menanamkan: “Keluhan itu berbahaya, tapi anugerah-Ku tak pernah berhenti.”
Kisah ini menubuatkan kebutuhan akan Perantara yang sejati. Musa hanya bisa meredakan api sementara, tetapi Kristuslah yang kelak menanggung murka Allah sepenuhnya di kayu salib. Api murka Allah yang seharusnya membakar kita, dialihkan kepada Kristus. Ia menjadi pengantara yang sempurna, bukan sekadar memadamkan api di perkemahan, melainkan memadamkan api penghukuman kekal. Karena itu, di dalam Kristus kita tidak lagi hidup dalam ketakutan murka, tetapi dalam pengharapan kasih karunia. Huftt Terimakasih Tuhan Yesus
Kalau begitu, apa hubungannya dengan kita hari ini? Sama seperti Israel, perjalanan iman kita sering naik-turun. Ada masa kita taat, tapi ada juga masa kita kecewa, marah, bahkan protes pada Tuhan. Bedanya, kita sudah punya Kristus sebagai pengantara yang lebih besar daripada Musa. Namun, hal itu bukan alasan untuk lengah. Justru kita dipanggil untuk menjaga hati agar tidak jatuh pada sikap bersungut-sungut yang bisa menghancurkan iman kita.
© Refleksikanlah
Hi guys, hidup rohani kita memang nggak selalu stabil, ups and downs, kadang naik, kadang turun. Tapi dari kisah Tabera ini, kita belajar: keluhan kecil bisa berbuah besar kalau dibiarkan, bahkan bisa merusak hubungan kita dengan Allah. Tuhan mengingatkan kita untuk membangun imunitas rohani lewat disiplin: doa, firman, ibadah, dan komunitas. Seperti tubuh perlu vitamin biar nggak gampang sakit, hati kita pun perlu dikuatkan dalam iman biar nggak gampang goyah. Yuk, jangan biarkan keluhan jadi kebiasaan, tapi ubah jadi doa di hadapan Tuhan.
© Pertanyaan Reflektif
Apa yang kamu pelajari tentang Allah dari kisah “api TUHAN” ini?
Bagaimana kamu menjaga dirimu supaya tidak jatuh ke dalam pola keluhan seperti Israel?
Langkah praktis apa yang bisa kamu ambil minggu ini untuk memperkuat imunitas rohanimu?
© Berdoalah sesuai Firman
Tuhan, tolong aku untuk belajar dari kisah ini. Ajarku bersyukur, bukan bersungut-sungut. Teguhkan imanku supaya tidak mudah goyah, dan mampukan aku melatih disiplin rohani agar tetap kuat menghadapi tantangan hidup. Terima kasih karena Yesus sudah menanggung murka yang seharusnya menimpaku. Dalam nama Yesus aku berdoa, Amin.
Tetap semangat guys, Tuhan Yesus beserta kita,#kamugaksendiri #TuhanYesusBesertamu *RL-SDG*
Comments
Post a Comment